Keajaiban dari The Power Of Kepekso

Rochmawati

#LombaEmasGurusiana

#Hari Ke-115

#Tantangan 365

The power of kepekso merupakan kekuatan seseorang dalam keadaan kepepet, terdesak, terpaksa, dan tidak ada pilihan. Sehingga harus mengerahkan seluruh usaha terbaik untuk melakukan dan menyelesaikan suatu kegiatan. Kata tersebut digunakan sebagai ungkapan dan pemacu semangat untuk mencapai suatu target.

Ungkapan ide cemerlang ini muncul dari CEO Media Guru Indonesia (MGI) Bapak Muhammad Ihsan. Ide berawal dengan membuat tantangan menulis yang harus dilaksanakan secara konsisten oleh para anggota grup FB MGI. Jika lolos 90 hari per tanggal 31 Mei 2020, berhak mengikuti lomba antalogi buku ‘The Power Of Kepekso’.

Tantangan diberi tahapan 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Untuk memacu semangat para penulis, Mediaguru menyediakan piagam penghargaan biru, perak dan emas setiap tahapnya. Apabila ada jeda tidak membuat tulisan, maka peserta tantangan harus mengulang mulai hari pertama.

Saya mengawali tantangan tepat di tanggal 14 Februari 2020. Tulisan pertama saya berjudul ‘Saya Awali Tantangan Ini’. Di luar dugaan, banyak dukungan dari para senior. Sehingga saya semakin bersemangat mengikutinya. Bukan hanya untuk 30 hari saja tujuan saya, melainkan harus mencapai 90 hari. Tentu dengan harapan saya bisa mendapatkan piagam emas.

Tahap awal saya melewati tantangan tanpa halangan. Saya gunakan waktu menulis paling tenang setelah selesai memanfatkan sepertiga malam terakhir. Karena di saat itu jarang sekali terjadi trouble jaringan. Apalagi setelah berhasil menayangkan tulisan, hati menjadi tenang tidak kepikiran untuk menyetor tulisan.

Dalam mengikuti tantangan ini, saya menemui masalah. Ketika saya bagikan ke grup WhatsApp guru kecamatan tempat saya mengajar. Tidak sedikit yang mencibir bahkan meremehkan tulisan saya. Seringkali judul tulisan saya dibuat plesetan. Bahkan mereka tanpa membaca tulisan, langsung berkomentar seolah tahu isinya, padahal tidak sesuai. Kalau sudah begitu saya memilih diam, karena ada saatnya membuktikan pada mereka.

Pengalaman terindah yang tidak terlupakan dalam hidup saya. Media guru mengadakan lomba menulis tiap bulannya. Dengan mengantongi persyaratan, yaitu menulis selama 30 hari tanpa jeda. Saya meyakinkan diri untuk mengikuti lomba. Apalagi tema bulan April ini sangat menarik yaitu ‘Guru Penggerak’. Dengan penuh harap, dalam setiap kata yang tertulis selalu terselip do’a, semoga tulisan saya lolos.

Tidak disangka, ternyata saya termasuk di antara 122 orang pemenang. “Subhanallah walhamdulillah,” berulang saya mengucap syukur, dengan badan panas dingin ketika membaca pengumuman dari Pak CEO. Allah SWT menjawab do’a saya, ternyata memang tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak.

Buku akan siap cetak, jika para pemenang melaporkan jumlah buku yang dipesan. Awalnya saya hanya memesan 5 pcs buku. Itupun karena sudah ada yang memesan sebelumnya. Pertanyaan baru muncul, bagaimana menyampaikan tulisan agar lebih banyak yang membaca?

Adrenalin saya tertantang, jurus ‘the power of kepekso’ saya gunakan untuk mempromosikan buku ini. Saya beranikan diri menghubungi ketua perkumpulan Kepala Sekolah (K3S) kecamatan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, sambutan baik saya terima dari Pak Ketua K3S. Tiap sekolah memesan satu buku. Sehingga jumlah pesanan buku menjadi 32 pcs.

Saya putuskan menyumbangkan buku ke Perpusda, Dinas Pendidikan Kabupaten dan PGRI Kabupaten. Semoga buku antalogi pemenang ‘Satu Derap Seribu Giat Guru Penggerak Menjawab’ bisa menginspirasi para pembaca.

Sebuah tantangan pasti selalu menumbuhkan adrenalin. Di kala tulisan mendekati 90 hari, saya sering mengalami buntu ide. Ide baru muncul di waktu-waktu rawan. Para gurusianer menyebutnya jam Cinderella, karena mendekati deadline pukul 23.59 WIB. Di saat itulah jurus ‘the power of kepekso’ saya keluarkan, yakni melawan kantuk, memperbanyak do’a agar jaringan tidak trouble, mempercepat menulis, dan menayangkan sebelum jam 00.00 berdentang. Jika sudah berhasil tayang, barulah tubuh seolah terbebas dari beban dan bisa tidur nyenyak.

Kini saya sudah mendapat piagam emas. Semoga kebiasaan yang sudah melekat ini terus bertahan. Karena ini membawa banyak manfaat bagi saya. Semoga pula saya bisa menginspirasi orang-orang sekitar saya. Man jadda wajadda.

Pacet, 07 Juni 2020

Profil

Rochmawati lahir di Mojokerto, 05 Januari 1983. Saat ini menjadi seorang guru di SDN Warugunung Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Jawa Timur.

Saat ini dia sedang menggiatkan literasi di tempatnya bekerja. Membuat komunitas pecinta menulis dan mengikuti berbagai kegiatan menulis berkolaborasi dengan penulis-penulis handal Indonesia.

Karya yang membuat dia semakin termotivasi dalam menulis adalah naskah yang diikutkan lomba di Media Guru Indonesia bertema Guru Penggerak. Karyanya berjudul “Menggugah Guru Konvesional menjadi Guru Penggerak” masuk dalam deretan 123 orang yang dinyatakan pemenang.

E-mail : [email protected].

WA : 085648341148